Home

22 December 2009

Merasakan mati rasa

Akhir-akhir ini aku merasakan desir-desir pasir yang mengoyak hatiku, cabikannya begitu kasar dan menyisakan goresan getir nan perih. Dia begitu membingungkan untuk digambarkan dalam lirik yang menawan,dia begitu angkuh bak gunung yang enggan untuk sebintik pun runtuh oleh terpaan angin sepoi-sepoi.

Minggu kedua sejak peristiwa cukupkan sudah untuk bertahan dengan gurauan, tapi bibir ini seperti di tutup cawan hingga tak kuasa terbuka berucap melawan, aku seperti kaku dalam balutan tissue toilet yang sebenarnya mudah untuk aku robekkan begitu saja.
Saat ini aku sedang bermuram karena dia, ingin sekali aku mendengar angin yang tertawa lepas untuk saat ini, begitu lepas sampai aku pun ikut mengiringinya dan seketika aku terbang seperti burung camar atau merpati.

Hari itu aku pandang matanya yang genit, tak lagi memancarkan aroma memuja lagi. Dia seperti seorang jenderal yang sedang memegang sepucuk amunisi kemudian menembak tepat kejantungku hingga kemudian aku roboh didepannya sambil menggenggam jutaan tanya...mengapa dia berubah menjadi keji??? bagaimana aku dapat menjumpanya seperti dulu?? aku semakin berada dalam situasi yang memanjakanku dengan banyak tanya...tentang benarkah ia???

Jiwaku merasakan kekosongan yang penuh, ragaku mati rasa akan sentuhannya. Otakku hanya tertuju pada barisan pasir yang tertuang di hamparan jalan raya. Telingaku hanya mendengar bisikan angin yang ingin mengajakku menari riang gembira. Aku sungguh masih didalam dunia penuh dengan tanya...benarkah ia???

--------------------------------------------awib.web.id-------------

30 September 2009

Rintihan seorang biadab kepada batinnya

semenjak mendiang kolonialisme mulai bangkit,
hatiku merasa sakit dan menjerit,
semenjak konspirasi pangkat mendongkrak najis,
hidup para kuli kian tragis menangis,

kilau pisau pedang meraung menyambar kilat,
ketika terlontar manis lidah para penjilat,
hembusan bau busuk tercium kian hangat,
saat para daging dan darah buruh tersayat,

betapapun penuh sesak ratapan pelitaku,
pelipur lara dalam diri hanyalah pelukan rindu,
penyegar sukma disaat pilu hanyalah bisu,
penjinak buasnya racun dunia adalah kalbu,

semenjak ratusan syairku menderu,
aku ingin waktu cepat berlalu,
semenjak ribuan problema mengekangku,
aku ingin waktu cepat berlalu,

30 July 2009

Mencari Jalan

Akhir-akhir ini banyak hal yang terasa canggung, ketika suara bising mulai menghilang perlahan, rincian tawa yang memenuhi ruang utama semakin lirih terdengar. padahal tak kurang dari ratusan kali aku menyimak seiring detak detik jantung peristiwa itu. Saat ini saat lalu rasanya sudah semakin jauh berbeda, seperti tamparan yang menyadarkan dan membangunkanku lagi dari sekian lama aku salah mengerti tentang sosok waktu yang tak mungkin terelakkan oleh siapapun.
Berbagai metode telah dikerahkan untuk merobohkan kejayaan prinsip abadi, semua itu sia-sia belaka, bukan saling menyalahkan, melainkan seperti sebuah sinetron yang berjalan lurus tanpa aral menimpuk dari belakang, atas, samping kanan dan kiri. Semua seperti makian yang menghentakkan ragaku sehingga terpental dan terbangun dari alam mimpi yang panjang.
Setelah lebih dari dua dekade aku menjadi makhluk bumi yang setiap nafasnya di beri kesempatan untuk belajar, tetapi tidak semudah kata-kata mutiara yang tiba-tiba mencerahkan pembaca buku yang setia, lalu demikian hingga ia berubah dan menjadi makhluk superstar, itu terlalu mudah untuk di bayangkan, tetapi tidak semudah dijalankan. Aku, dia juga mereka seperti boneka yang belajar untuk hidup sendiri, padahal kita lebih dari seperti boneka, kita adalah roman yang terukir cerita panjang, kita adalah permata yang terlupakan ketika pasir laut menidurkan kita jauh kedalamnya..lalu tetapkah diam??BANGKITLAH!!!

19 July 2009

sebuah prosa

Dari setiap malam yang selalu memberikan makna, aku ucapkan berjuta terimakasih atas firmanNYA, melalui sepucuk daun yang meneteskan embun dini hari, ketika panjatan keatas tangan menengadah dan sedikit demi sedikit untaian puisi indah berucap, sungguh begitu lekat memikat detak jantungku, Banyak orang berucap betapa singkat tertangkap mata, aku seakan mati rasa di telan ludahnya.

Bersyukur aku segera temukan obat yang kekal, disaat hentakan terjadi di tengah malam itu, bersama dengan rentetan langkah mereka, aku sibakkan rambu sehingga terurai dan teruntai, percikan air pancuran itu telah mensucikan aku lagi, debu lantai porselain itu telah menghiasi dahiku lagi, dan puisi abadi itu kini telah menghiasi lidahku lagi.

Hari demi hari telah mencoba bergejolak dengan langkah yang kian berirama, saat ini telah menunjukkan ritme berbeda, jika memang itu tidak terjadi sekarang, maka esok pasti akan ada kesempatan, seperti yang telah terjanjikan disetiap puisi abadi, kelak janji itu akan terpenuhi secara pasti.

Seberapa besar lingkaran yang terbuat pasti akan terlampaui lagi, seperti itulah saat aku mulai hadir sampai sekarang, begitu juga dengan mereka atau kalian itu, maka seperti itulah kita terbagi menjadi emosi. kapan akan berbaur itu bukan masalah waktu, melainkan masalah kita bersikap,

Sekarang, esok atau nanti setelah ini, berserahlah sudah untuk apa yang kita percaya, sedangkan apa nanti bukan masalah urusan lagi, jika demikian tak ada lagi tanya yang memusingkan, tiada lagi kata yang menjerumuskan, sesal tersimpan jauh di luar kuasa hati, bukan lagi untuk sebuah ratapan.

30 June 2009

Ngalor+Ngidul (ke Utara - ke Selatan)

Jika hari selasa bukanlah hari setelah senin maka pasti adalah hari sebelum rabu, tepatnya saat ini adalah hari selasa tanggal 30 Juni 2009, yaitu hari ketika semua orang berharap akan terjadi perbaikan dan bertambahnya semangat hidup atau tidak sama sekali mereka ketahui. Sepertinya hal itu adalah hari biasa seperti sebelum-sebelumnya, ketika semangat semakin pudar dan kian menipis, maka sejenak aku mengingat kata-kata orang bijak yang botak "Jadikanlah kekurangan sebagai penambah nilai dari kelebihan, agar kelebihan bisa lebih dari kekurangan itu sendiri"..ngena bangetz g sich yang gua tulis barusan buat para pembaca??? itu sich terserah kalian ...

shubuh tadi tepatnya 2 jam sebelumnya, yaitu pukul dua pagi mata ini masih terbelalak gara-gara tugas kuliah yang banyak dan perlu diseriusi untuk dikerjakan, eh malah ngelindur ndengerin lagu sambil nyanyi-nyanyi...huff kapan ni tugas bakalan selesai, kayaknya belum banyak perubahan dalam diri gue sekarang, masih berazaskan Sistem Kebut Semalam (sebuah ideologi yang terbawa sejak mengenyam dunia pendidikan).

Seorang kawan nelpon di detik-detik pergantian hari, "men tolong jemput gua di solo ya!!!"...ups...bakalan betah melek kayaknya hari ini. Dan ternyata faktalah yang keluar jadi pemenangnya...perut emang g bisa bohong,,di waktu pagi itu juga si lambung udah pengen di adu sama nasi lengkap dengan lauk pauknya..tret..ett.ett mampirlah aku bersama kawan di warung nasi liwet pinggir jalan..akhirnya makan itu memang bikin cuaca jadi berubah dari melek jadi pengen molor hwa..wa..wa...mantabsz dech...akhirnya mata ini bisa beristirahat sebelum dibuka kembali untuk melihat mentari bersinar kembali..

24 June 2009

Monarki kejenuhan

Hirarki konstitusi abnormal tubuh ini,
abstrak merasuki sektor nadi seakan mati,
ricuh genderang seakan sunyi,
arah mana tujuan kaki?
pilihan ini tak segera terjawab pasti,

Monumen-monumen prajurit terpaku separuh,
teriring tangisan acian semen yang kian meluncur deras,
kira-kira apa penyebab tragedi ini?
lirikan mata yang hadir ribuan kali,
umpatan menerkam untuk berkoalisi,
pelabuahan terakhir menuju mati!!

23 March 2009

Langkah Prajurit


Tetap menjadi pelopor dalam membongkar arti kehidupan jati diri sendiri, ketika orang lain tertidur dalam empuknya kasur kapas panas, tetap menjadi tongkat besi baja yang kuat berdiri kokoh mempertahankan argumentnya, ketika orang lain mulai kendor dan molor seperti kolor celana pendeknya. Di timbun gencatan air hujan aku tetap mengasah ketajaman akal,di dera cacian mulut berbisa aku masih menyeimbangkan hati, di batas pintu penantian aku masih menorehkan hati untuk tetap berjalan pasti.

Langkahku menuju semakin dekat di balik tembok retak yang akan ku tinggalkan kedepan.
akan ku gariskan dengan coretan daun pinus di sela-sela retaknya bahwa akulah yang memegang keberanian untuk menghujam penguasa lalim.

Jiwa,semangat dan kebenaran akan melindungi jiwa-jiwa orang-orang yang memegang teguh kebenaran arti hidup.

13 January 2009

Cerita Biasa


hari ini adalah hari yang biasa saja,
tidak lebih dari biasanya,
seperti halnya kebiasaan yang telah ada,
kali ini lebih daripada biasa,

terbiasa dari hal yang biasa,
membuat aku ingin tak biasa biasa saja,
biasa seperti apa yang bisa lebih dari biasa?
biasa saja mungkin caranya untuk biasa,

biasa ini ku pikir sudah cukup biasa dari biasanya,
biasa diam, biasa tenang, biasa untuk menjadi biasa,
biasa apa yang dapat menjadi luar biasa dari biasanya?
biasa hari ini sepertinya sudah biasa biasa saja.