Home

22 December 2009

Merasakan mati rasa

Akhir-akhir ini aku merasakan desir-desir pasir yang mengoyak hatiku, cabikannya begitu kasar dan menyisakan goresan getir nan perih. Dia begitu membingungkan untuk digambarkan dalam lirik yang menawan,dia begitu angkuh bak gunung yang enggan untuk sebintik pun runtuh oleh terpaan angin sepoi-sepoi.

Minggu kedua sejak peristiwa cukupkan sudah untuk bertahan dengan gurauan, tapi bibir ini seperti di tutup cawan hingga tak kuasa terbuka berucap melawan, aku seperti kaku dalam balutan tissue toilet yang sebenarnya mudah untuk aku robekkan begitu saja.
Saat ini aku sedang bermuram karena dia, ingin sekali aku mendengar angin yang tertawa lepas untuk saat ini, begitu lepas sampai aku pun ikut mengiringinya dan seketika aku terbang seperti burung camar atau merpati.

Hari itu aku pandang matanya yang genit, tak lagi memancarkan aroma memuja lagi. Dia seperti seorang jenderal yang sedang memegang sepucuk amunisi kemudian menembak tepat kejantungku hingga kemudian aku roboh didepannya sambil menggenggam jutaan tanya...mengapa dia berubah menjadi keji??? bagaimana aku dapat menjumpanya seperti dulu?? aku semakin berada dalam situasi yang memanjakanku dengan banyak tanya...tentang benarkah ia???

Jiwaku merasakan kekosongan yang penuh, ragaku mati rasa akan sentuhannya. Otakku hanya tertuju pada barisan pasir yang tertuang di hamparan jalan raya. Telingaku hanya mendengar bisikan angin yang ingin mengajakku menari riang gembira. Aku sungguh masih didalam dunia penuh dengan tanya...benarkah ia???

--------------------------------------------awib.web.id-------------