Home

20 January 2013

Bumi menjawab

hiruk pikuk ibukota yang mendadak di datangi tamu yang melantunkan nyayian berkubik-kubik air sungai yang menyambangi jalan protokol. itulah peristiwa pada hari kamis 17 Januari 2013. tidak biasanya air itu menolak dan menegur manusia ibu kota yang setiap hari terkesan angkuh dan melenggang santai menjejali rumah air dengan tumpukan sampah. Saya pikir ini jawaban dari sekian lama air bersabar akan ulah manusia yang begitu tidak menghargai keseimbangan ekosistem, dimana letak sampah bukanlah disungai, rumah manusia tak seharusnya menggusur wilayah sungai,

Urbanisasi tanpa kesadaran memang sungguh menjadikan ibukota surga sampah, makan dari hasil sampah adalah salah satu mengapa urbanisasi merajalela, jika di desa mungkin tidak sebanyak sampah di TPA jakarta, di desa kita masih memiliki sedikit lahan untuk membakar sampah, dan menjadikannya tanah. Apakah modernisasi mulai menggusur kesadaran penduduk negeri nusantara ini?

Sejarah besarnya bangsa Nusantara dahulu seperti santapan pembumbung dada, yang dibanggakan tanpa diwarisi hikmahnya sama sekali oleh generasi penerus, menjadikan terkikisnya toleransi pada alam semesta, menggerus kekayaan alam untuk melenggangkan nafsu perutnya, tanpa ampun meluluhlantahkan bumi, dan tanpa sadar bumi akan mengajak manusia untuk kembali ke bumi (mati karna bencana).