Dalam kabut tersulut nanar menyambar gulungan setumpuk tikar,
tertatap berjajar hitungan mundur merapat lekat,
barisan pertama telah terlewat dari penat dan memikat,
terus berlanjut dengan hitungan bertaut paut,
Sela-sela hujan gerimis menitik pelik,
menjatuhkan tetes air berdaur padu dengan bunyian percik,
pelan padam langit terutup awan mendung abu-abu,
dan semakin dekat memeluk gunung tinggi dibukit kelabu,
Kemarin terasa lalu dalam pikiran itu,
dulu terasa memijak kembali ruangan gubug biru,
suaka mata merindukan tetes luapan air mata,
seperti kaca terbilas akan sentuhan buta,
Untuk telapak kaki yang telah lelah payah,
menapaki jejak usapan serta yang dulu menjamah,
terpatri langka dalam senandung hati,
tergolek mesra dalam tautan hari demi hari.
****[inspirasi saat puasa Ramadhan menjelang dan terjalani 4 tahun diluar kota]****
No comments:
Post a Comment