Kali ini aku sungguh menggali segenap isi dalam otakku, menafsirkan segala argument ciptaan tokoh-tokoh cendikiawan moderat dan instruktur logis, kapankah mawas diri itu di formulasikan kedalam praktek di seluruh aspek pendukung kehidupan, hingga tak akan ada lagi pembodohan, pelecehan, perbudakan dan pemaksaan kehendak hingga praktek merubah jati diri. Segala pengendalian telah merasuk dalam denyut nadi ini, secara frontal menusuk bak jarum yang menyesakkan.
Ambisi mencoba ku alihkan sejenak, aku kesampingkan dilema hak-kewajiban, menyimpulkan hal-hal yang tak layak disimpulkan, kembali sadar sejenak menikmati apa yang ada. Tak ada kesimpulan yang keluar dari lama aku berpikir, tak ada kenikmatan dalam aku berkeluhkesah,serasa semuanya hampa dan tak layak untuk dilakoni.
Orang-orang bertanggungjawab tidak lagi mengindahkan apa yang dia lihat,mata mereka buta dan hati mereka beku oleh jumlah kalkulatif angka. Tak ada kesan untuk menorehkan lagi manfaat mawas diri, seakan aku ingin menyampaikan pesan untuk mereka "Cobalah mawas diri,sebelum menghakimi" sudahkah pantas untuk menyandang gelar mahkota nan mewah mempesona ketika kau tak lagi punya perasaan untuk mengerti kondisi bawahanmu???
No comments:
Post a Comment