kali ini bukan untuk kesempatan berunding dengan ketidakpastian. sudah beruntun dan bergulir berulang-ulang terjadi, kompromi basi, teka teki konsolidasi tak ada arti sama sekali. Berbagai peran di mainkan dalam sebuah opera sederhana dalam bilik kecil tapi penuh terisi dengan raja sadis tengil juga dekil. Otak pecundang yang meracuni sang raja kian membuat porak poranda singasana yang terbungkus sutera.
Kasihan nasib sang raja ,dia merasa seperti raja abadi tak sadar akan kehidupan yang sebenarnya terjadi. Penuh dengan tipu daya penyihir tangan kanan dan kirinya. Hati rakyat kian tipis karena setiap hari tergesek dengan jalan pikiran yang disebut dengan konyol. Terus saja terjadi, tanpa mendengarkan ramalan sang begawan jujur.
Protes demi protes dilayangkan sang begawan, namun memang di jaman modern, penyihir lebih mahir dalam mengolah kata dan segala trik liciknya. Entah sampai kapan sang raja akan menyadari keteledorannya dalam menjalankan amanah. Dan sampai kapan penyihir licik akan binasa ditelan ludahnya sendiri. Begawan hanya ingin melanjutkan bertapa dipinggir aliran sungai yang mengalir biasa saja, sampai keajaiban tiba mengangkat nilai kejujuran di atas segalanya akan diakui oleh raja lalim yang pura-pura bijaksana itu. HuAllahi.
No comments:
Post a Comment