luka ini masih menyisakan darah yang menempel kering,
melihat kau di sana menaklukkan kesendirianmu,
sedangkan aku menyisihkan bait-bait rinduku yang berlalu,
menyingkirkanmu adalah bisikan kalam tiap shubuhku,
tapi senja menaklukkan dengan siratan warna merah tajamnya,
aku seakan buta sekelilingku untuk menoreh selain kamu.
Biarpun pedang yang kau pegang menyayat-nyayat urat nadiku,
hingga tak sanggup setetes darahku mengalirinya,
aku masih tak bisa membiarkan jantungku berhenti berdetak walau hanya seperseribu detik,
entah engkau ini terbuat dari apa hingga membuatku begitu luruh hancur tak bersisa.
Mulutku terjahit oleh anyaman rantai kapal yang kokoh terkait,
setiap detil yang menggerakkan sendi di tubuhku menyaratkan aku untuk tetap diam melihat keindahanmu dari jauh,
sebenarnya apa kau ini hingga aku mau mematikan seluruh rasa di hatiku untukmu.
Waktu pertemukan aku dengan dia atau selain dia yang akan ada di setiap sudut gelisah tawaku.
Semarang,
awib.blogspot.com
awib.blogspot.com
No comments:
Post a Comment