Home

15 June 2012

coret-coret republik. 2

Ibarat daun, rumput, apapun yang akan dengan ikhlas melepaskan singgasananya tanpa di komando, hanya kesadarannya yang mengiringinya. Waktu adalah batasan bagi siapapun, tapi mengapa segelintir kemampuan yang dimiliki oleh manusia seolah ambisi merengkuh segalanya untuk ditanam dipijakan ego kakinya. Sebuah dosa ma nusia yang mumpuni cukup membuat punya malu, tapi tak cukup sadar jua? Mungkin itu sebab tak ada kemajuan bangsa, regenerasi produktif tidak pernah di indahkan dan di terapkan,manusia bukan jamannya lagi berkuasa, manusia tua sudah saatnya legowo, meng estafetkan masa jaya negeri kepada generasinya. Ini mengapa malah membudaya? Cobalah tengok hasil kecerobohanmu hai manusia tua, kau hamili istrimu untuk anak yang akan kau telan rejekinya demi kepuasanmu sendiri? Anak tetanggamu pun juga begitu, karena mnuia itu sama dan terus begitu selama siklusnya masih ada. Masa pensiun yng lama, pemimpin yang tua dan masih ego dengan jaket kolotnya, lihat ribuan anak muda yang menunggumu purna! Pengusaha kaya itu hendak mengambil mereka, tapi kau ciptakan lagi generasi penunggu. Demokrasi yang sakit amnesia menelan korban ratusan juta jiwa, pmimpin tua masih mengelus pantatnya diatas sofa tahta. Figure yang dipercaya tak lagi ada yang murni, semua atas dasar fanatik dan kepentingan golongan, kebohongan atas nama demokrasi masih dipaksakan dijadikan kudapan manusia penunggu. Kalau pendiri perangkat lunak, mau mundur dan mengabdikan diri pada kemanusiaan, teman satunya sudah mati sudah takdirnya, di negri ini masih sibuk dengan memperkaya diri. Betapa romantisnya budaya Korupsi, Kolusi, dan dinasti nepotisme di negri ini. Warisan leluhur yang begitu bngga disandang dan dilestarikan anak cucunya. Bangsa yng besar adalah yng bisa membudayakn korup berjamaah dan sakit lupa saat ketahuan boroknya. Malu... malu.. dimana malumu?!? sudah rusakkh mentalmu wahai manusia tua? Inginkah kau sejarah nanti menuliskan nama bangsamu yang dulu besar menjadi kerdil? warisan itukah untuk keturunanmu? Miris aku melihat ulahmu wahai manusia tua. Mungkin bukan salahmu seorang, tapi kenapa kau biarkan bangsamu menabung malu?

10 June 2012

coret-coret republik.1

Untuk kesekian kalinya,malam menggiringku untuk menuliskan tentang sela-sela perjalanan,kisah untuk sesekali diingat,kisah untuk secuil simpul senyum,untuk diingat dan di review kembali. Ada pikiran yang mengusikku setiap hari diluar kehidupanku, tentang kehidupan bangsaku,apa yang bisa menselaraskan pola pikir berimbang utuk dapat mencapai kata gemah ripah loh jinawi,tentrem kertoraharjo?kenapa masih ada yang bertopeng dan mentidakadakan rasa malu pada kisah perjuangan sesepuh dari belenggu penjajahan. Apa iya,warisan bangsa adalah budaya saling tikam,korup,dan munafik?apa memang dunia politik itu mewajibkan pemuasan pribadi,golongan lebih dahulu,sampai satu partai diberondong masalah memalukan. Pencitraan yang memalukan disajikan didalam negara yang sudah apatis terhadap pemimpinnya. Ataukah karena peraturan internasional saja kita jadi ikut diperbudak oleh tulisan. Sumber daya manusia adalah kunci memperbaiki semua kerusakan yang ada karena manusia memang diciptakan sebagai khalifah di bumi. Apa jadinya kalau generasi mudanya hanya bisa sibuk mencari sesuap nasi dengan ngamen,ngemis?sekolah mahal untuk apa?untuk memperkaya kelompok?apa untuk pembangunan fasilitas pendidikan?apanya yang dibangun?sunggug memalukan dunia pendidikan kini menjadi lahan bisnis. Sufsh sepantasnya kebodohan akan merangkul generasi masa depan,jika kebijakan yang monoton mengabaikan dasar pancasilanya sendiri. Apanya yang terbarukan?apanya yang bermutu?jika pengkastaan dipakai acuan?menteri pendidikan yang lupa dan terbungkus kotak tidak akan melihat situasi kasta tersebut. Menteri bumn,esdm yang terfokus kedepan juga tidak akan sempat memikirkan dasar kelemahan sistem yang ad,karena dikelabuhi bawahannya. Menteri aparatur negara juga teoritis dalam melihat jumlah tena ga honorer vs PNS aktif, mungkin seleksi alam dan uang satu-satunya jalan keluar para penunggu nasib itu. Kalau menterinya saja asik,apalagi presiden sebagai managernya?

31 December 2011

Akhir-Awal tiap Tahun

Penghujung tahun duaribu sebelas, mengulang kembali peristiwa 5tahun yang lalu, diibukota negara republik indonesia, membuka notebook menjejerkan peristiwa yang terpapar memori. mengulas luapan emosi dan mereposisi satu sisi kekurangan diri menjadikannya berarti untuk direnungi dan diperbaiki.

perhelatan bulan-bulan mendekati ujungnya, tiap separuh waktu gemuruh mendatangi untuk kembali menjajal keseimbangan pola pikir, deretan lagu lokal dan luar mendentumkan iramanya lewat nada yang mengetuk gendang telinga, mencoba meluapkan dan menjabarkan satu persatu ungkapan semangat untuk menentukan arah.

impian membangun sebuah kotak dan berisi canda tawa masih menjadi satu titik poros pandangan mataku. meski semua tak dapat dipastikan dengan rumus angka, tapi rumus laju hidup akan mengkalkulasi probabilitasnya dengan sendiri. mengarahkan jalan yang hebat untuk menjadi titik terang yang memang itu adanya. meyakinkan diri bahwa Tuhan bukanlah pemain catur melainkan Maha Penolong dan telah mengatur setiap jalur.

Relativitas adalah seni dalam menjalani kehidupan, itulah kenapa teori relativitas sangat terkenal (aku pikir), bukan hanya sekedar teori, melainkan tanpa sadar kita lakoni dalam tiap harinya. naik turun kanan kiri atas bawah adalah dimana kita harus berusaha memposisikan diri agar tidak tergencet dalam situasi stagnan dan kaku, itulah kenapa Tuhan selalu mengingatkan kita ditiap panggilannya.

the things that cross over make all of things can be better, the truth that make our believe coming.
Happy new Year all. Be your self.