Home

30 July 2009

Mencari Jalan

Akhir-akhir ini banyak hal yang terasa canggung, ketika suara bising mulai menghilang perlahan, rincian tawa yang memenuhi ruang utama semakin lirih terdengar. padahal tak kurang dari ratusan kali aku menyimak seiring detak detik jantung peristiwa itu. Saat ini saat lalu rasanya sudah semakin jauh berbeda, seperti tamparan yang menyadarkan dan membangunkanku lagi dari sekian lama aku salah mengerti tentang sosok waktu yang tak mungkin terelakkan oleh siapapun.
Berbagai metode telah dikerahkan untuk merobohkan kejayaan prinsip abadi, semua itu sia-sia belaka, bukan saling menyalahkan, melainkan seperti sebuah sinetron yang berjalan lurus tanpa aral menimpuk dari belakang, atas, samping kanan dan kiri. Semua seperti makian yang menghentakkan ragaku sehingga terpental dan terbangun dari alam mimpi yang panjang.
Setelah lebih dari dua dekade aku menjadi makhluk bumi yang setiap nafasnya di beri kesempatan untuk belajar, tetapi tidak semudah kata-kata mutiara yang tiba-tiba mencerahkan pembaca buku yang setia, lalu demikian hingga ia berubah dan menjadi makhluk superstar, itu terlalu mudah untuk di bayangkan, tetapi tidak semudah dijalankan. Aku, dia juga mereka seperti boneka yang belajar untuk hidup sendiri, padahal kita lebih dari seperti boneka, kita adalah roman yang terukir cerita panjang, kita adalah permata yang terlupakan ketika pasir laut menidurkan kita jauh kedalamnya..lalu tetapkah diam??BANGKITLAH!!!

19 July 2009

sebuah prosa

Dari setiap malam yang selalu memberikan makna, aku ucapkan berjuta terimakasih atas firmanNYA, melalui sepucuk daun yang meneteskan embun dini hari, ketika panjatan keatas tangan menengadah dan sedikit demi sedikit untaian puisi indah berucap, sungguh begitu lekat memikat detak jantungku, Banyak orang berucap betapa singkat tertangkap mata, aku seakan mati rasa di telan ludahnya.

Bersyukur aku segera temukan obat yang kekal, disaat hentakan terjadi di tengah malam itu, bersama dengan rentetan langkah mereka, aku sibakkan rambu sehingga terurai dan teruntai, percikan air pancuran itu telah mensucikan aku lagi, debu lantai porselain itu telah menghiasi dahiku lagi, dan puisi abadi itu kini telah menghiasi lidahku lagi.

Hari demi hari telah mencoba bergejolak dengan langkah yang kian berirama, saat ini telah menunjukkan ritme berbeda, jika memang itu tidak terjadi sekarang, maka esok pasti akan ada kesempatan, seperti yang telah terjanjikan disetiap puisi abadi, kelak janji itu akan terpenuhi secara pasti.

Seberapa besar lingkaran yang terbuat pasti akan terlampaui lagi, seperti itulah saat aku mulai hadir sampai sekarang, begitu juga dengan mereka atau kalian itu, maka seperti itulah kita terbagi menjadi emosi. kapan akan berbaur itu bukan masalah waktu, melainkan masalah kita bersikap,

Sekarang, esok atau nanti setelah ini, berserahlah sudah untuk apa yang kita percaya, sedangkan apa nanti bukan masalah urusan lagi, jika demikian tak ada lagi tanya yang memusingkan, tiada lagi kata yang menjerumuskan, sesal tersimpan jauh di luar kuasa hati, bukan lagi untuk sebuah ratapan.