Home

19 July 2009

sebuah prosa

Dari setiap malam yang selalu memberikan makna, aku ucapkan berjuta terimakasih atas firmanNYA, melalui sepucuk daun yang meneteskan embun dini hari, ketika panjatan keatas tangan menengadah dan sedikit demi sedikit untaian puisi indah berucap, sungguh begitu lekat memikat detak jantungku, Banyak orang berucap betapa singkat tertangkap mata, aku seakan mati rasa di telan ludahnya.

Bersyukur aku segera temukan obat yang kekal, disaat hentakan terjadi di tengah malam itu, bersama dengan rentetan langkah mereka, aku sibakkan rambu sehingga terurai dan teruntai, percikan air pancuran itu telah mensucikan aku lagi, debu lantai porselain itu telah menghiasi dahiku lagi, dan puisi abadi itu kini telah menghiasi lidahku lagi.

Hari demi hari telah mencoba bergejolak dengan langkah yang kian berirama, saat ini telah menunjukkan ritme berbeda, jika memang itu tidak terjadi sekarang, maka esok pasti akan ada kesempatan, seperti yang telah terjanjikan disetiap puisi abadi, kelak janji itu akan terpenuhi secara pasti.

Seberapa besar lingkaran yang terbuat pasti akan terlampaui lagi, seperti itulah saat aku mulai hadir sampai sekarang, begitu juga dengan mereka atau kalian itu, maka seperti itulah kita terbagi menjadi emosi. kapan akan berbaur itu bukan masalah waktu, melainkan masalah kita bersikap,

Sekarang, esok atau nanti setelah ini, berserahlah sudah untuk apa yang kita percaya, sedangkan apa nanti bukan masalah urusan lagi, jika demikian tak ada lagi tanya yang memusingkan, tiada lagi kata yang menjerumuskan, sesal tersimpan jauh di luar kuasa hati, bukan lagi untuk sebuah ratapan.

No comments: