Home

01 October 2010

tak semusim

inilah malam ke empat insomnia menatap rangkaian redup kerdip sinar bintang di antariksa, tak jenuh aku menyapa angin malam yang menelanjangi pikiranku. butuh lebih dari 2000% alkohol untuk membuat kisah monolog berepisode ribuan kali, tapi tidak kali ini. terjerembab didalam keabu-abuan pasir merbabu, seolah ingin membirukan keberadaan langit. Begitu lekat cakupan peristiwa yang berlalu, berganti,berputar tanpa rencana sedikitpun yang membekas.

13 July 2010

Antara Pekerajaan dan Perasaan

Ada kalanya memang kejenuhan tentang apa yang telah kita kerjakan selama ini, yang kita anggap berarti dan kita gadang-gadang bisa menjadi pijakan untuk hari kelak penuh dengan hirarki yang kenyataannya cenderung kurang berjalan pasti. Membuat kita semakin tak menentu dalam menciptakan pikiran yang briliant, justru karena kondisi yang membuat kita terjerembab kedalam suasana yang menekan pikiran dan membuat kemrosotan fisik. Apa salah satu penyebabnya?? bila rekan-rekan sekalian pernah mengalaminya bisa jadi terjawab di artikel ini :

"Menyia-nyiakan Usia Dengan Bekerja Untuk Atasan Yang Salah"

Anak buah membayar pengabdiannya kepada atasannya, dengan usia.
Jika anak buah salah memilih atasan, dia telah menyia-nyiakan usianya.
Sebagaimana-besarnya pun keinginan seseorang untuk menjadikan Anda sebagai bawahannya,dan sebagaimana mendesak pun kebutuhan kehidupan Anda,
Anda tetap bisa menolak untuk bekerja di bawah kepemimpinan seseorang.
Jika dia tidak menghormati Anda,dan tidak memungkinkan Anda untuk tumbuh menjadi pribadi yang mandiri dan terhormat, untuk apakah Anda berlama-lama bekerja di bawahnya?

Maka perhatikanlah, bahwa Bekerja untuk siapa, bisa menjadi lebih penting daripada yang Anda kerjakan.


Sahabat saya yang disayangi Tuhan, yang sama haknya bagi kesejahteraan dan kebahagiaan dengan siapa pun yang telah mencapainya.

Mudah-mudahan Tuhan menguatkan kita untuk berlaku setegas yang kita ketahui harus kita lakukan.

Jika bukan kita yang memutuskan bagi kebaikan hidup kita sendiri, siapakah yang kita tunggu untuk memutuskannya bagi kita?

Jika kita tidak memutuskannya segera, apakah masih banyak waktu yang boleh kita boroskan dalam keluhan dan perasaan sebagai korban?

Jika telah terbukti tidak ada kejayaan dalam keraguan dan ketakutan, mengapakah kita tidak mencoba mereguk janji hadiah bagi mereka yang ikhlas untuk berani?

Maka marilah kita menjadi jiwa-jiwa yang ikhlas memberanikan diri, untuk bekerja dalam kebaikan dan berharap hanya kepada Tuhan, bukan kepada orang yang tidak menghormati pengabdian kita.

Ingatlah...,

Bekerja untuk siapa, bisa menjadi lebih penting daripada yang Anda kerjakan.


By: Mario Teguh

Semoga bermanfaat untuk menjadi renungan kita bersama, jika kurang berkenan maka bukan saatnya kita berdebat untuk hal yang memang tidak diwajibkan untuk masing-masing dari kita meyakini suatu argument yang sama.Terimakasih.

13 June 2010

Zero mean Free

"merasakan bisikan saksi bisu oleh malam pekat pengantar mimpi,.setiap detak tertiti penuh distorsi perubahan jejak tak terdefinisi,." begitulah rangkaian kata yang aku tuliskan di status facebook sepintas saja tergerak jari ku untuk menggoreskannya di situs jejaring sosial itu.

Saat perasaanku yang kurasa sampai tak terasa ,kekosongan yang terisi penuh, dan seakan menelan dan menenggelamkan sinar bulan, cahaya padam karena banyak serangga mengerubung sumber penerangan, sorak penonton bola kian menggelegar, tak cukup membuat hati dan pikiran tergerak untuk mengerti apa yang sedang terjadi.

Kemarin "feels goes to zero again" aku letakkan perlahan di atas dinding facebook, aku perhatikan dengan ratapan misteri untuk mengerti apa yang sedang terjadi, hingga pagi kembali menyurati aku dengan sinar mentari aku belum menemukan definisi "zero", bukan hanya sekedar angka NOL,atau kekosongan belaka, tapi zero adalah sebuah fitrah untuk kembali menjadi suci, bukan alasan orang untuk tidak mau instropeksi, respect terberi mengalir begitu alami, dan terpatri dalam satu kondisi... "FREE".